Perkembangan Era Digital dalam Dunia Perfilman
Sebelum ditemukannya kamera digital, para filmmaker menggunakan
kamera seluloid sebagai medium untuk memvisualisasikan skenarionya. Kamera film
(begitu tipe kamera ini banyak disebut) merupakan kamera yang menggunakan bahan
dasar (pita) seluloid berukuran 8mm, 16mm, 35mm, dan 70mm yang disesuaikan
dengan tipe kamera itu sendiri. Kebanyakan filmmakermenggunakan kamera
35mm karena ukuran tersebut menghasilkan gambar yang pas untuk konsumsi layar
lebar. Sayangnya, kamera film dibanderol mahal, harga sewanya pun sangat
tinggi. Hal tersebut kerap membatasi para filmmaker dengan bujet yang
minim untuk memproduksi film.
Kemunculan kamera digital di akhir tahun 1980-an yang
digagas oleh Sony lewat perlengkapan kamera Sony HDVS-nya (awalnya ditujukan
untuk keperluan broadcast televisi) membuat filmmaker mempunyai
pilihan untuk mengambil gambar dengan biaya yang lebih murah. Meski begitu,
para pembuat film lebih banyak setia dengan kamera film karena gambar yang
dihasilkan jauh lebih baik. Seiring perkembangan zaman, teknologi digital
semakin maju dan kini kualitas kamera digital bahkan dapat menyamai kamera film
seluloid. Hal ini berimbas dengan banyaknya filmmaker dunia yang
memilih untuk menggunakan kamera digital dibandingkan seluloid, tak terkecuali
Hollywood.
Penggunaan kamera digital dalam industri film Hollywood
dipelopori oleh George Lucas yang mengembangkan kamera Sony HDW-F900 yang
digunakan pada Once Upon Time in Mexico (2001). Film garapan Robert
Rodriguez tersebut dikenal sebagai film pertama yang seluruh gambarnya diambil
dengan kamera digital berformat 24 fps. Satu tahun kemudian, Lucas menggunakan
kamera yang sama untuk filmnya, Star Wars Episode II: Attack of the Clones.
Tahun 2009 bisa dikatakan sebagai momen penting bagi perkembangan kamera
digital di industri film dunia. Pada tahun tersebut, Slumdog
Millionaire menjadi film pertama berformat digital yang mendapatkan
penghargaan Best Cinematography di ajang bergengsi Academy Awards,
disusul oleh dirilisnya Avatar yang hingga saat ini menjadi film
berpendapatan tertinggi sepanjang sejarah.
Kesuksesan film-film digital tersebut berimbas para
sistem sinema di dunia. Banyak bioskop yang akhirnya menggunakan proyektor
digital dan meninggalkan proyektor film konvensional. Proyektor digital yang
dikenal dengan nama DLP (Digital Light Processing) sanggup menayangkan film
digital dengan resolusi 2K (2048×1080 atau 2,2 megapixels) dan 4K (4096×21960
atau 8.8 megapixels). Sistem pendistribusian film pun tidak lagi memakai reel seluloid,
namun menggunakan file digital DCP (Digital Cinema Package) berbentuk hard-drive yang
nantinya dikopi ke dalam server internal bioskop yang akan
menayangkan filmnya.
Tahun 2002, major studios Hollywood membentuk suatu
organisasi bernama Digital Cinema Initiative (DCI). Organisasi ini diciptakan
untuk menentukan standar arsitektur untuk bioskop digital agar tercapai model
yang seragam secara global, berkualitas tinggi dan tangguh. Dengan mengacu pada
standar Society of Motion Picture and Television Engineers (SMPTE) maupun
International Organization for Standardization (ISO) maka ditentukan standar
atau format tertentu yang harus diaplikasikan untuk menyiapkan master materi
film, sistem distribusinya, sampai ke urusan perlindungan isi film (content),
pengacakan (encryption), dan penandaan khusus untuk menghindari pembajakan
(forensic marking). Semua teknologi bioskop digital yang memenuhi persyaratan
mereka disebut DCI Compliance (sesuai dengan DCI). Perbedaan dasar antara
sinema analog dengan digital adalah cara pengemasannya (packaging), distribusi,
dan penayangannya.
Berkembangnya
teknologi digital akhirnya membuat produksi seluloid berkurang drastis. Banyak
perusahaan yang akhirnya gulung tikar akibat perkembangan pesat tersebut. Salah
satu yang paling terkenal adalah Kodak (meski saat ini sudah dinyatakan tidak
bangkrut). Mau tidak mau, para filmmaker dan penonton harus siap
menerima fakta bahwa saat ini era digital telah memegang peranan penting dalam
industri film dunia
http://cinemags.id/perkembangan-era-digital-dalam-dunia-perfilman/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar